Ku pikir malam ini kita berdua sama-sama free. Jadi, mari kita habiskan malam ini berdua saja. Jika biasanya setiap malam tidak ada chat darimu, aku ingin malam ini menjadi tidak biasa meski hanya via chat. Oke, sekedar chat! Bukan telepon, video call, apalagi bertemu. Keadaan memang belum merestui kita untuk saling bersua.
Andai kita berada di puluhan tahun yang lalu, ku pikir aku tidak akan mengerti apa itu chat. Aku hanya ingin berlama-lama duduk menulis surat untukmu.
Ingat? Seketika malam itu menjadi hangat, mendengar kisahmu yang
polos bersama dua piring nasi goreng di atas meja ditambah senyummu yang
terkadang terlihat lucu. Sejenak lepas dari akustik, kopi dan kebulan
asap para pecandu malam; itu pertama kali kita pergi berdua. Sampai
sekarang, aku tak pernah bepikir akan sampai sejauh ini.
Mungkin
waktu itu aku termasuk orang yang bisa tertawa setiap hari karena hidup
ini sungguh menggelikan. Mulai dari burjo dini hari sampai dengan nasi
goreng Sirojudin yang menjadi pilihan terakhir setiap malam; dan
berujung dengan mendorong motor hanya karena bensin habis. Aku yakin
waktu itu gengsimu seketika menurun mencapai 90%. Hahaha.
Setelah
itu, rupanya Allah punya alur cerita lain. Semua malam yang
menggelikan, seketika menjadi begitu menyesakkan. Malam itu terus
berjalan sampai berbulan-bulan, dan aku tidak akan membahasnya ataupun
mengingat-ingatnya. Yang jelas, meski menyesakkan, aku begitu
menikmatinya dalam segala hal dan semuanya telah terlewati.
Sekarang,
cerita kembali berbeda. Malam ini aku harus meminta maaf kepadamu
karena banyak rencana yang kita buat tak pernah terpenuhi gara-gara aku.
Maaf, karena telah membuatmu menjadi bagian dari para pejuang jarak.
Sejak aku bergabung di pejuang jarak, aku berusaha bersahabat dengan
kilo meter dan berusaha menjauh dari rindu. Tapi seringkali rindu tak
tahu diri; semakin sering aku mengusirnya, semakin sering pula dia
datang hingga aku terbiasa.
Semoga kamu juga terbiasa menahan rindu, sampai rindu jadi temanmu. Dan seketika kamu sadar rindu itu mengasikkan.
Meskipun kita terbatasi banyak hal, aku berharap kamu memaafkanku karena
telah menulis ini. Maafkan aku karena ini mungkin terdengar lebay atau
garing. Yang pasti, yang sabar ya!
Aku rindu kamu banyak sekali.
Sampai bertemu!
Jakarta, 27 Januari 2017
Dari yang menyukaimu sebanyak-banyaknya